Friday, 9 April 2010

DENDAM MAC

(dedikasi untuk Mac yang telah mati)

Lima butir purnama telah bertamu
Padanya kelat malam ditelan tawar
Panas angin mengirim salam panjang
Dari takhta yang membutakan nafsu
Ngilu sendu pun gemalai berlagu
Dalam dakap seruan yang satu

Waktu untuk purnama dan aku menjadi debu, tibalah
Mengerat sejuta hiruk urat gemawan yang berselirat
Menepis lohong-lohong terowong yang bermusuhan
Menjadilah purnama batu-batu yang mematung
Dan aku tersorok di antara ia dan tanah

Biar pun Mac itu mati dihunus atau dicincang
Rasa yang menyambut jasadnya terlebih awal bertemu ajal
Di situ telah lahir anak-anak hati yang kerapuhan
Lelah berlarian mencari-cari purnama milik mereka
Lidah mana pula berani ke medan pertempuran
Atau sekurangnya membela aku dan menuturkan;
Dendam pada Mac itu akan aku wariskan!

London.

1 comment:

Anonymous said...

inikah kisah cerita cinta tak terucap itu?

--angin