(sajak ini dihadiahkan kepada bekas teman sebilikku yang telah berkongsi jerih-perih selama 2 tahun di KMB, Nur Izat Muhamad)
Mendongak ke langit
Hanya bintang lesu di situ
Menjeling ke bumi
Ada sekeping tanah gersang
Hati resah
Bila kasih dan benci berpadu
Kasihkan ikatan kukuh
Bencikan perpisahan ini
Sungguh teman
Lama aku berjalan mencari
Sebutir bintang yang sinarnya takkan malap
Secebis tanah yang suburnya takkan ada penghujung
Agar nanti hidupku ditemani cahaya
Jua bisa menumpang di tanah yang subur
Ya, aku menemuinya di sini
Nyata ia lebih dari apa yang kuharap
Tuhan hadiahkanku mega sinar mentari
Tuhan berikanku ladang untuk bermain
Aku berterima kasih pada Tuhan
Aku kini punya kau teman
Bercahaya dalam kemalapan
Walau ada detiknya kau lemah
Tapi kau masih jua berusaha
Memberi sinar dalam samar
Saat ini
Cahaya itu harus tiada
Tanah itu takkan menjadi milikku selamanya
Kerna aku bukan hidup seorang
Ada lagi yang dalam kegelapan
Ada lagi yang dalam kegersangan
Teman
Walau kau tiada di sini nanti
Tapi kau dulu berikanku pelita
Meski sinarnya tak segagah suria pagi
Namun cukup untuk aku tempuh jalan gelapku
Dan kau hadiahkan secebis tanah subur
Agar dengannya aku bisa menuai
Kala aku keseorangan
Terima kasih teman
Percayalah
Pasti Tuhan menemukan lagi kita
Kerna ikatan ini untuk Tuhan
Namun andai nanti tiada lagi ruang untuk kita
Kau tetap dalam ingatan
Ikatan kita tak akan putus
Cahayamu tak pernah padam
11.40 am (7 Oktober 2007)
King's College London
1 comment:
mantap...sedap2...mmg berkesan jiwaaa dan ragaaaa..mengenangmu jua waqi
Post a Comment