Friday 29 February 2008

IBLIS

(durjana iblis)

Dasar seekor iblis
Memangnya dari api
Belum pun ia nyala
Tapi sudah marak
Bahangnya yang gila
Walau kebun subur
Tetap hangus segala

29 Februari 2008 (10.00 pm)
King's College London

BUAT KAKANDA DAN ADINDA

(tak nampak di mata, tapi hati merindu)

Bertanya pada hati
Kenapa makin rindu
Jawab hati yang sayu
Penuh ia dengan kasih
Pada wajah yang lama tiada bersua

Aku rindu
Pada raut kakanda yang kutinggalkan dulu
Kala itu tiada bicara yang aku lontarkan
Kerna nanti berdekad tiada kata
Yang ada hanya air mata

Aku rindu
Pada senda adikanda yang kupinggirkan dulu
Kala itu tiada gurau yang mereka hadirkan
Kerna nanti langsung tiada sua
Yang ada hanya kenangan

Aku rindu pada mereka
Rindu pada belai lembut kakanda
Rindu pada senyum manja adikanda

Dari didik ayah bonda yang setia
Kami besar penuh hilai tangis
Tiap suka dan duka pasti semua merasa
Kerna ayah bonda mengajar untuk mengasihi
Jua untuk memahami

Jika dahulu ke pantai bersembilan
Kini ke sungai berseorangan
Jika dahulu ke pekan bersembilan
Kini ke kedai berseorangan
Jika dahulu ke rumah nenda bersembilan
Kini nenda pun sudah tiada

Sayu hati
Mengenang setiap detik bersama mereka
Kata ayah, nanti berjaya jangan berkira
Kata bonda, nanti dewasa jangan berpecah
Dan janji aku pada mereka, itulah

Buat kakanda dan adikanda
Aku bersyukur meniti hari-hari kelmarin bersama
Dan aku pinta moga hari esok kita setia begitu
Hingga seiring melangkah ke gerbang syurga

29 Februari 2008 (9.30 pm)
King's College London

Thursday 28 February 2008

AYAH DAN MA

(Tuhan, terima kasih)

Melayang rindu pada ayah
Seakan terasa gigih ia berbudi pada anak
Yang ia sendiri tiada mengerti hari esoknya
Anaknya yang dibelai kini dewasa
Dengan upaya semangat ayah

Menitip kasih pada ma
Terbayang hari mudanya yang penuh jerih
Mengah ia tapi tiada bicara pada anak
Tuhan saja yang tahu derita yang dirasa
Akan kasih seorang ma

Ayah dan ma
Hari ini Tuhan sendiri menjadi saksi
Betapa anakmu sarat merindu wajahmu
Tutur nasihat yang dulu dianggap hina
Kini aku kutip penuh bangga

Biar pun anakmu ini acap derhaka
Tapi menyisihkan aku bukanlah engkau berdua
Kerna titis sayang pada anak yang lupa ini
Sering engkau curahkan serba kepayahan

Sungguh hanya Tuhan yang tahu
Mendewasakan aku bukan senang
Kau lalui hari-hari semalam dengan air mata
Yang setiap butirnya menghala hidupku kini

Tuhan
PadaMu aku merayu
Kau bahagiakan ayah dan ma aku ini
Seperti bahagianya seorang hamba melangkah ke syurga
Hanya Engkau tempat aku melabuh rindu
Pada insan yang baktinya tiada mampu aku hitung
Kerna aku hanya seorang anak
Yang masih haus akan belai manja ayah dan ma

2.00 pm (28 Februari 2008)
King's College London

Wednesday 27 February 2008

BANGUNLAH, USAH JATUH LAGI

(sudah nama pun jatuh, maka pasti ada bangunnya)

Semalaman aku temani kau meratap hiba pada bulan
Kutahu engkau derita dalam lilitan kepuraan
Lantas kau menyendiri dalam kegelapan lembah
Dan aku tidak mampu meredakannya sedikit pun
Sebab itu bulan minta kau bicara padanya

Bulan pun tiada bisa berbuat apa
Kerna semangat hidupnya hadir dari matahari
Aku lihat betapa ia mahu memujuk hatimu yang lara
Walau dirinya sedar ia sekadar menumpang
Apa sangatlah kudratnya itu

Sendu aku melihat engkau begini
Telah engkau bawa hatimu bertemu bintang
Tapi ia turut merana dalam kepayahan kerdipnya
Aku tahu semua mereka derita
Dan aku tahu engkau lebih sengsara

Hari ini matahari datang menghadapmu
Sungguh ia tidak jua sanggup membilang air mata
Mahu saja dikeringkan laut andai itu punca kesedihan
Maka bangun dan bicaralah sepatah padanya
Kerna nanti ia jua tidak lagi bisa menghiburmu

10.45 pm (27 Februari 2008)
King's College London

Monday 25 February 2008

JANJI : ADU ISLAM PADA TUHAN

(tunaikan janji kita pada Tuhan, pada Islam)

Dulu Engkau berjanji padaku
KataMu akulah yang terbaik buat umat manusia
Denganku manusia bisa mencari damai abadi
Wajar ketemu Al Ghazali dan As Shafie

Lantas aku percaya akan kataMu itu
Dan aku menunggu dari detik ke detik
Hingga benar aku rasa Kau mengotakan janjiMu
Terasa bayu damai yang seakan abadi itu
Hangat aku dalam dakapan Al Ghazali dan As Shafie
Aku melabuhkan lagi cintaku padaMu

Kini Al Ghazali hilang As Shafie bisu
Dan keabadian damai itu tebal berkabut
Aku tahu mereka ada dan aku yakin Kau lebih ada
Kerna janjiMu yang dulu kutahu bukan untuk sebentar
Tapi untuk dibawa ke zaman abadi nanti

Ya Tuhan, aku hari ini disisih sepi
Kau sendiri yang melihat betapa aku dihenyak
Oleh syaitan berjubah Al Ghazali berserban As Shafie
Hingga damai tidak mahu lagi dekat denganku
Kerna wajahku yang indah kian hitam
Hangit dibakar senyap oleh syaitan itu

Oh Tuhan
Aku merindui janjiMu yang dulu
Aku merindui saat aku disanjung agung
Kau hapuskanlah penderhakaMu Tuhan
Agarku beroleh damai yang benar abadi

25 Februari 2008 (11.00 pm)
King's College London

IF (by Rudyard Kipling)

(sajak ini sangat meruntun jiwa)

If you can keep your head when all about you
Are losing theirs and blaming it on you;
If you can trust yourself when all men doubt you,
But make allowance for their doubting too:
If you can wait and not be tired by waiting,
Or, being lied about, don't deal in lies,
Or being hated don't give way to hating,
And yet don't look too good, nor talk too wise;

If you can dream - and not make dreams your master;
If you can think - and not make thoughts your aim,
If you can meet with Triumph and Disaster
And treat those two impostors just the same:.
If you can bear to hear the truth you've spoken
Twisted by knaves to make a trap for fools,
Or watch the things you gave your life to, broken,
And stoop and build'em up with worn-out tools;

If you can make one heap of all your winnings
And risk it on one turn of pitch-and-toss,
And lose, and start again at your beginnings,
And never breathe a word about your loss:
If you can force your heart and nerve and sinew
To serve your turn long after they are gone,
And so hold on when there is nothing in you
Except the Will which says to them: "Hold on!"

If you can talk with crowds and keep your virtue,
Or walk with Kings - nor lose the common touch,
If neither foes nor loving friends can hurt you,
If all men count with you, but none too much:
If you can fill the unforgiving minute
With sixty seconds' worth of distance run,
Yours is the Earth and everything that's in it,
And - which is more - you'll be a Man, my son!

25 Februari 2008 (6.20pm)
King's College London

Sunday 24 February 2008

TIDAK AKAN PERNAH

(luasnya lautan kasihMu, Tuhan)

Pernah aku mengeluh padaMu
Tidak pernah pula Engkau mengeluh padaku

Pernah aku membenci hadirMu
Tidak pernah pula Engkau membenci hadirku

Pernah aku mengkhianati diriMu
Tidak pernah pula Engkau mengkhianati diriku

Pernah aku mencemuh pintaMu
Tidak pernah pula Engkau mencemuh pintaku

Pernah aku menjauhi kasihMu
Tidak pernah pula Engkau menjauhi kasihku

24 Februari 2008 (9.20 pm)
King's College London

AKU HANYA SEORANG HAMBA

(seorang hamba apa sangat kudratnya)

Aku tidak bisa menghenti nyawa
Acap kurasakan hidup ini payah
Dan mati padaku penamat duka
Kerna aku hanya seorang hamba

Aku tidak bisa mencipta awan
Setitis hujan di siang hari
Terbit indah pelangi darinya
Kerna aku hanya seorang hamba

Aku tidak bisa merentas semesta
Setapak melangkah kaki pun lenguh
Ditambah iman yang naik turunnya
Kerna aku hanya seorang hamba

Aku tidak bisa mengaut ilmu
Menterjemah sedikit sudah angkuh
Sedang malaikat tersenyum sinis
Kerna aku hanya seorang hamba

Aku tidak bisa menatap Tuhan
Sekadar tahu bicara sengsara
Entah dilayan entahkan tidak
Kerna aku hanya seorang hamba

24 Februari 2008 (8.40 pm)
King's College London

Friday 22 February 2008

BALADA RINTIHAN DUNIA : PEDULIKAH KITA?

(anak-anak Islam, selamatkan Palestin!)

Ini adalah suara aku yang sengaja dipendam lama
Kukira kau bisa mengerti akan tiap apa yang aku jerihkan padamu
Telah aku hadirkan selautan banjir, agar dengannya engkau tahu derita
Telah aku gemparkan sekeping tanah, agar dengannya engkau tahu cemas
Tapi aku dulu yang tahu, ia tidak mungkin akan begitu
Kerna engkau sengaja tidak mahu mengerti

Detik ini
Engkau harus dekat denganku, biar aku khabarkan sendiri padamu
Cukuplah engkau pekakkan telingamu dengan batu kejahilan
Bukakan pintu hatimu seluasnya agar aku punya ruang untuk berkata
Dengarkan butir bicaraku yang tidak tahu berdusta ini

Akanku kisahkan sebuah cerita tentang satu kepala anak kecil
Yang lumat diterjah titip atom sesaat tadi, benar tiada dipandang nilainya
Lantas kepalanya yang keras itu berkecai menjadi serpihan yang beribu
Dan darah merah pekat menghambur ke segenap semesta
Seluruh isinya bertasbih, tapi aku tahu engkau tidak ikut begitu

Aku meratap
Bukan kerna engkau yang telah lama mengecewakanku
Tapi semalam aku hiba melihat kepala anak itu masih dibelai lembut bondanya
Di ribaan ayahnya terukir senyuman sarat dengan gelora di jiwa, berat sungguh bebannya
Dalam ribut peluru kasih mereka utuh melukut di tanah gersang itu
Dalam kekalutan syaitan berpesta merekalah yang masih ingat Tuhan
Aku tahu mereka bukanlah ghairah mencalarkan akidah sendiri, walau sedikit

Waktu itu aku hamparkan jasadku untuk anak kecil, bondanya, ayahnya
Kerna tiada pernah tangan yang datang membawa alas untuk nyenyak mereka
Sedang engkau di sana berselimutkan kekenyangan bertilamkan kebahagiaan
Tapi anak yang kecil itu lama sudah tidak menjamah lauk yang enak
Apa lagi tidur di atas tilam yang empuk

Malam tadi juga aku berjaga untuk mereka
Kiranya nanti aku bisa menjadi pelindung walau kutahu itu bukan kudratku
Dan aku lihat syaitan-syaitan itu datang menghunus bala yang dahsyat
Laknat Tuhanlah kepada syaitan yang menggila di tengah malam yang hangat itu
Langsung si ayah dan bonda diheret bagai bangkai tiada harga
Dan anak kecil itu meraung dalam pekat malam yang hitam
Kelam

Pagi ini pagi yang duka
Aku tahu matahari kian malu untuk bersua denganku
Matahari dan aku sekadar menatap kepiluan, tidak mampu untuk berkuasa
Pagi ini juga anak kecil itu mengutip cebis kenangan ayah bonda di celahan debu
Saat ia melangkah longlai, lima butir peluru telus ke dadanya, dua hinggap di kepala
Nadinya umpama boneka yang boleh dimainkan, dimatikan oleh syaitan durjana
Berombak nafasnya yang muda sedang bergelut ia untuk syahid
Dan anak kecil itu rebah ke bumi sendirian, aku yang menyambutnya
Langit pun turut sebak menitiskan air mata

Kerna itu aku sekarang sedang bercerita padamu yang sedang asyik bergembira
Rayuku agar engkau lebih tahu tentang jerih saudaramu di tanah itu
Sedang engkau di bumimu tidak mahu kenal erti korban jiwa untuk agama
Mereka itu umatmu, anak-anak kecil di sana adalah anak-anakmu

Sungguh engkau pasti tidak mahu senyum andai kau lihat apa yang telah aku tatap
Jemu sudah aku dengar pekik raung si anak kecil, dan aku sekadar menadah darah pekat
Aku hamparkan jasadku ini agar mampu engkau melangkah gagah ke sana
Kerna engkau dan anak-anak kecil itu telah diikat oleh akidah
Maka tiupkan roh semangat dalam dirimu seperti mereka, pedulilah

Aku bermunajat pada Tuhan agar esok jangan ada lagi kepala yang lumat

23 Februari 2008 (12.10 am)
King's College London

Thursday 21 February 2008

GAGAL

(redhalah)

Tuhan
Kali ini kali yang agung
Aku mulakan dengan namaMu
Sungguh baru aku sedar betapa kita jauh
Engkau yang telah aku sisihkan
Setia menanti

Sarat hati ini merinduimu ya Tuhan
Aku penat pinggirkan kesombonganku
Agar lebih erat dapat kupeluk rindumu
Jua lebih tahu akan rasa kehambaan

Ini adalah warkah setelah kegagalan
Bila ia hadir, aku dekat padaMu
Engkau pun tahu betapa aku sendiri
Mencorak cebis hidup yang dungu
Hanya dengan pimpinanMu

Tuhan
Redhaku andai gagal itu masih milikku
Tidaklah layak untukku menagih lebih
Kerna aku adalah hamba

Esok
Titipkanlah rasa kecewa itu lagi
Moga dengannya dapat aku pulang kepadaMu

Tetapi nanti
Kala aku benar kembali menatapMu
Sudilah Engkau menjelingku, Tuhan
Kerna waktu itu
Tidak sanggup lagi
Deraian air mata ini tumpah
Dan tiada ingin kutafsir
Erti kegagalan!

21 Februari 2008 (6.45 pm)
King's College London

Wednesday 20 February 2008

MASA

(masa itu lebih tinggi nilainya dari emas)

Mengejar masa
Dikejar masa
Kerna masa
Semahal masa

20 Februari 2008 (11.00 pm)
King's College London

Monday 18 February 2008

KELU

(Tuhan, ketuklah pintu hati temanku ini)

Baru tadi
Aku dengar butir bicaramu

Katamu
Tuhan itu Tuhan yang sama
Hanya lain pada nama

Katamu
Lidah Muhammad itu bisu
Langsung dirinya kau anggap palsu

Katamu
Kau punya hak asasi
Terus hijab kau sangsi

Katamu
Bisa Tuhan berikan arak
Selagi manusia belum galak

Saat itu kau tahu
Betapa aku kelu
Pinarku menatapmu
Sungguh aku malu

18 Februari 2008 (2.00 pm)
King's College London

Sunday 17 February 2008

HAMPAS

(dedikasi untuk amar)

sebutir hampas
kembali ia ke tengah pentas
dilihat manusia semua bergegas
tiap mereka berwajah cemas

ada yang dididih panas
tak henti mereka mengibas
dilihat hatinya pun mengelupas

ada yang kaku mengeras
dek beku arang yang rimas
akhirnya jasad mereka lemas

ada yang duduk malas
seolah tunggu untuk dilibas
petaka datang ia pun kebas

ada yang senang meluas
ke hulu ke hilir terbang deras
rupanya mereka yang terlepas

sebutir hampas
sudah menjadi beras
mujur ia ada hidup yang jelas
di pentas itu ia turut bebas

17 Februari 2008 (1.10 pm)
King's College London

Saturday 16 February 2008

RINDU

(sangat merindui keluarga)

Rindu adalah bayang-bayang
Wujudnya disuluh mentari
Lalu bayang-bayang tampak terang

Awan di langit kadang tiada segan
Memeluk mentari yang adanya sesaat
Hadir pula pekat malam yang gelita
Bayang pun hilang
Rindu pun terbang

Bayang-bayang yang kusam
Adalah cebis rindu yang didusta
Kala bersua mentari dan bulan

16 Februari 2008 (2.40 pm)
King's College London

Friday 15 February 2008

MAHU

(neraka, siapa tak takut?)

Mahu bogel
Enggan mendidih

Mahu minum arak
Enggan teguk darah

Mahu makan babi
Enggan telan nanah

Mahu ke bar
Enggan ke neraka

15 Februari 2008 (6.00 pm)
King's College London

Thursday 14 February 2008

LUKISAN

(kurniakan aku warna kehidupan, Tuhan)

Telah aku warnai lukisan semalam dengan warna kegagalan
Pelik, tak pernah perit menghitamkan lukisan hidup itu
Kerna itu aku sedang melukis kehampaan yang baru waktu ini
Pelik, masih belum ghairah untuk mewarnanya lagi
Mungkin hari muka ada warna yang lebih indah
Agar bisa aku hulurkan lukisan berpelangi untuk Tuhan

14 Februari 2008 (10.30 pm)
King's College London

Tuesday 12 February 2008

INI HARI KITA

(persembahan buat teman-teman di IISAC)

Ini hari kita
Maka telitilah akan dikau
Lihat pada rona bangkitnya kesatria Islam
Di situ telah kita beroleh kemenangan
Di situ pasti Tuhan hamparkan kebahagiaan

Yang sedang kau tatap ini
Adalah lakaran semangat dalam kepayahan
Kerna tiap titis derita dari Tuhan adalah untuk kita
Menterjemah perintah yang kian dirobek
Dengannya girang zikrullah berlari

Hari ini adalah hari untuk kita bangkit
Melihat tanpa rasa adalah bukan lagi kita
Seinci tinta Tuhan mengarak segenggam keagungan
Pejamkan setiap mata darimu seketika
Lantas terbitkan hati yang lebih merah
Buat meraih rahmat Tuhan

Ayuh pemuda!
Saat ini jangan ada jiwa yang bingung
Saat ini mari kita satukan hati yang beribu
Janji Tuhan jangan lagi terpinggir jauh
Kita redah langit
Kita renyuk semesta
Kita cari sebutir redha

Ini hari kita!

12 Februari 2008 (6.15 pm)
King's College London

Sunday 10 February 2008

MENTARI MANCHESTER

(apresiasi buat teman lama : tupa, shiro, alwi, ben, paklah, nazir, alip dll)

Mega mentari Manchester
Menjengah kelam jiwa yang kusut
Yang hitam pekat kian disuluh olehnya
Yang tersembunyi menjelma setelah lama membisu

Sinarnya menyeri roh yang berabad lesu
Menjadi penyubur tanah gersang yang sepi
Tumbuh pohon cinta di celah rekahannya
Gagah dahan membuahkan rindu yang memaut

Mentari Manchester
Kini sudah senja
Tapi sinarnya tiada malap
Hingga ke hari alam bergelap

10 Februari 2008 (11.20 pm)
King's College London

Thursday 7 February 2008

TAKUT

(takut yang tiada kukuh bersebab)

Takut pada gelap
Kita nyalakan api

Takut pada manusia
Kita nyalakan semangat

Takut pada Tuhan
Kita nyalakan neraka?

7 Februari 2008 (10.10 pm)
King's College London

SI TUA

(si tua itu masih gagah)

Si tua
Mengah jalannya yang sebentar
Begitu nafasnya ditarik dalam benar
Aku jua akan begitu

Si tua
Kelananya hanya sendiri
Menempa hidup yang kian dicuri
Aku jua akan begitu

Si tua
Diamnya tiada mahu bicara
Jiwanya sarat ingin disara
Aku jua akan begitu

Si tua
Nanti kembali ke zaman abadi
Lenyaplah segala cinta terjudi
Aku jua akan begitu

7 Februari 2008 (10.05 pm)
King's College London

Wednesday 6 February 2008

JALAN JAUH

(agar mudah doa termakbul)

Jalan yang jauh
Hati mahu berlabuh
Kaki sudah lenguh
Moga iman tak cemuh

6 Februari 2008 (10.05 pm)
King's College London

Tuesday 5 February 2008

BOGEL

(wanita, jagalah maruah!)

Sekilas engkau bogel
Nikmat
Abadi engkau bogel
Laknat

5 Februari 2008 (11.05 pm)
King's College London

API

(ramai juga yang gentar akan api)

Api dunia
Manusia tiada endah nyalanya
Manusia tak tahu gerun padanya
Manusia sekadar memandang hampa
Manusia cukup berlari sedepa
Manusia degil untuk merasa
Manusia pantas menghapus selaksa
Ah api dunia

Api neraka
Manusia nanti nyala dengannya
Manusia pasti tahu gerunnya
Manusia hampa terpacak bertapa
Manusia tak mahu diri disapa
Manusia patuh untuk terseksa
Manusia langsung merana dipaksa
Oh api neraka

5 Februari 2008 (11.00 pm)
King's College London

Monday 4 February 2008

BAS MERAH

(bas merah terkadang menjadi guru iman)

Di dalam bas merah itu
Mata meneliti manusia berceramah
Hati meneliti iman yang lemah
Mata menyaksi manusia berbalah
Hati menyaksi iman yang pasrah
Mata menatap manusia berkerah
Hati menatap iman yang gelabah
Mata melihat manusia bermegah
Hati melihat iman yang sampah
Mata menilai manusia menyanggah
Hati menilai iman yang dijamah
Di dalam bas merah itu

4 Februari 2008 (12.45 pm)
King's College London

Sunday 3 February 2008

PEDANG AKIDAH

(pedang ini tidak boleh dibiarkan begitu)

Pedang Akidah
Dibentuk untuk umat

Pedang Akidah
Umat lupa ia berkarat

Pedang Akidah
Karatnya Tuhan tak berkat

Pedang Akidah
Berkat Tuhan untuk selamat

Pedang Akidah
Selamat dunia dan akhirat

3 Februari 2008 (3.40 pm)
King's College London

LORONG SYURGA

(temuilah lorong yang sempit itu dan jejaklah ia hingga ke destinasi)

Sekian banyak jalan telah Tuhan hamparkan
Lebih banyak pula lorong yang bercabang darinya
Dan setiapnya ada sahaja manusia yang menapak
Kerna mereka punya pilihan sendiri
Pilihan titisan cinta dari Tuhan
Dan manusialah yang perlu membuat pilihan

Beribu lorong telah mereka temui
Ada satu di situ yang lain
Dan lorong yang satu itu
Adalah lorong pilihan Tuhan
Kerna Dia sendiri menjaga siapa yang memilihnya

Namun tidak banyak manusia ingin melaluinya
Kerna lorong itu tak semudah yang dirasa
Jua tak sesenang lorang yang lain
Setiap yang melangkah di lorong itu
Pasti nanti merasa pedihnya ranjau yang beribu
Sayang ramai yang kandas di tengahnya

Lorong itu lorong yang dijanjikanTuhan
Hanya dengannya manusia bahagia bertemu Tuhan kelak
Pasti sekerat dari jutaan yang tabah melaluinya
Yang sekerat ini jua Tuhan yang memilih mereka
Dan Tuhan hadiahkan mereka dengan onak sebagai tanda cinta
Hati penuh redha, apa sahaja mereka sambut

Nanti hadiah yang lebih besar buat pejalan di lorong itu
Kerna itulah janji Tuhan yang pasti
Semoga lorong itu ramai yang ingin memilihnya
Banyak jua yang belum tahu akan lorong itu
Beritakanlah pada mereka tentangnya
Agar nanti seiring bersama
Kita menelusuri lorong ke syurga itu

3 Februari 2008 (2.30 pm)
King’s College London

MUTIARA ISLAM

(pemuda, mari ke medan juang)

Sebutir mutiara sepi
Sinarnya kini kian malap
Tapi ia masih gagah
Bertahan dalam kesamaran
Oh mutiara Islam

Wahai pemuda

Hakikatnya mutiara itu Tuhan kurniakan untuk kita
Tidaklah daya untuk meredah gelora mencarinya sendiri
Kerna ombak gila bisa menelan siapa sahaja
Yang tiada tahu akan harga sebutir mutiara
Apa lagi mutiara suci

Sedarlah
Mutiara ini bukan milik aku
Jua bukan milik engkau
Tetapi milik Tuhan yang dipinjamkan buat kita
Agar menjadi suatu kebanggaan abadi seorang muslim

Dan di segenap penjuru semesta perlu ia terangi
Tapi kenapa cahayanya yang sempurna itu kian lenyap?

Jangan sekali kita lupa
Mutiara ini pernah disalut dengan permata
Lantas sinarnya bagai tidak akan padam hingga hari alam bergelap
Namun kala sinar itu berbangga gemilang
Ramai pula yang tidak tahu nilainya
Malaplah ia bersama kejahilan

Ayuh pemudaku!
Saat ini bukan untuk menambah derita mutiara sepi itu
Bukan jua sekadar menatap tanpa rasa
Kerna nanti mutiara itu padam sinarnya

Kala itulah Tuhan mengambilnya kembali
Mari kita gilap mutiara Islam ini
Mari kita kembalikan pesona keabadian sinarnya!


3 Februari 2008 (1.40 pm)

King's College London