Thursday 31 January 2008

WARKAH CINTA SI PENGEMIS : Izinkan aku mencintaimu, kekasih

(warkah cinta buat pencipta cinta)

Kekasih
Saat ini seorang pengemis yang buta
Mencoret secebis warkah cinta buatmu
Alangkah bahagianya pengemis ini
Andai kau sudi menatapnya

Kekasih
Saat pengemis ini melakarkan warkah serba dungu
Hanya dirimu tahu betapa pengemis sangat merinduimu
Hati pengemis ini bagai digertak agar segera melangkah untuk bertemu denganmu
Jiwa bagai terawang-awang melayarkan rasanya
Mungkin ini yang dikatakan cinta

Kekasih
Pengemis ini masih menatap butir-butir bicaramu yang dulu
Katamu kau mencintai pengemis ini, sungguh
Kala itu terbit sekuntum bunga cinta antara kita
Mekar ia setiap kali pengemis ini mengingati dan menyebut namamu
Layu pula tatkala engkau hilang dari pandangan

Kekasih
Sayangnya pengemis ini padamu tiada belah baginya
Kerna pasti engkau lebih menyayangi pengemis hina ini
Terkadang terlintas jua di benak pengemis ini
Betapa sebenarnya kita tidak sesuai
Namun pengemis ini kuat memujuk hatinya untuk mencintaimu
Dan pasti cintamu lebih dari itu

Kekasihku sayang
Pernah jua pengemis ini melagukan kisah cintanya padamu
Saat-saat kita bahagia berdampingan
Lagi pula saat derita yang tak diundang
Dan setiap patahnya engkau tahu betapa pengemis ini sengaja lupakan
Lantas kau mengingatkan kembali
Agar kehangatan cinta kita membara tak sudah

Kekasih
Pengemis ini pasti engkau masih ingat akan detik kita berjauhan dulu
Kau berikan pengemis ini secalit kepayahan waktu itu
Seolah dipaksa memilih antara satu dalam dua
Masih jua pengemis ini ingat akan katamu
Andai engkau yang pengemis mahu
Maka dia harus pengemis ini sisihkan
Andai dia yang menjadi pilihan
Maka tersisihlah aku darimu
Dan pengemis daif ini silap mentafsir
Lantas jauhlah cinta kita

Kekasih
Hari ini segala yang pengemis ini ingin ceritakan padamu telah kau saksikan sendiri
Dia yang dipuja menenggelamkan pengemis ini ke dasar kegelisahan
Dia yang dianggap sempurna sungguh sebenarnya tidak kenal apa itu cinta
Dia yang dicintai hadir hanya untuk sementara
Dan dia telah pun berlalu

Kekasih
Pengemis ini kini kembali mencarimu dan cinta kita yang terpinggir dulu
Kerna pengemis ini tahu betapa engkau setia menunggu cinta tunggalnya
Terasa malu untuk bersua dan bercinta denganmu lagi
Kerna pengemis ini nyata tidak pernah setia dalam percintaan
Jua sekadar pengemis jalanan yang menagih sedekah cinta
Tapi kau masih jua berpegang pada jani-janjimu yang dulu
Bahawa engkau akan tetap setia mencintai pengemis ini

Terima kasih kekasihku
Sudi lagi engkau bukakan pintu hatimu buat pengemis ini
Walau sekian banyak engkau dikecewakan
Dan kali ini pengemis ini ingin berjanji lagi padamu
Kiranya akan mencintaimu sepenuh jiwa
Kerna pengemis ini tidak lagi sanggup membilang hari-hari esok
Untuk diucapkan bicara cinta buatmu

Kekasih
Izinkanlah aku untuk benar-benar mencintaimu selama-lamanya

31 Januari 2008 (7.07 pm)
King's College London

Wednesday 30 January 2008

SENDIRI

(sendiri mengajar yang benar dan yang palsu)

Hidup yang sepi
Dalam lautan insani
Nantinya kembali
Ke alam sendiri

30 Januari 2008 (9.10 am)
King's College London

RENUNG PELAYAR

(kesunyian dalam keramaian yang sayup)

Dalam dakapan hangat bayu senja
Jiwanya tenat resah jauh ia termenung
Hati yang lebih kecamuk tak bisa diterka
Di sisi ombak itu dia termanggu

Kisahnya pernah berlayar
Menduga arus berteman kekentalan
Kerna semangatnya dulu bertiup kencang
Mengalun bersama dayung yang kukuh
Kala itu bisa sahaja gelora panas mereka redah
Serta pada gelap awan yang menderhaka
Untuk hadir di kampung abadi

Kini pelayar itu sendiri
Dayungnya tenggelam ditelan ombak gila
Tapi pasti dayung yang kuat di mana pun tetap ia
Dan pasti jua mencorak kegelapan di hadapan
Cuba ia mencantum kembali cebis-cebis kekuatan yang ada
Dan layarnya diteruskan

Tapi senja itu bayu menjadi saksi
Yang membawanya termenung panjang
Nyata ia rindu pada dayungnya yang dulu
Kerap jua dicuba menggali lautan mencari dayung ganti
Benar yang hilang takkan sama dengan yang berganti
Pelayar kehilangan sungguh
Renungnya jua sekadar bundar

30 Januari 2008 (9.00 am)
King's College London

Wednesday 16 January 2008

PINTA TERAKHIR

(lama sungguh dugaan bertamu)

Sekian lama aku begini
Menghitung hari penuh sengsara
Bahagia bagaikan tidak pernah menyapa
Cuba seringkali untuk senyum
Tapi dugaan sehari-hari betandang

Ya Tuhan
Dugaan apa lagi ini?
Engkau menduga setiap gerakku
Bagaikan aku terkunci kaku
Mengemas erat seolah tiada akhirnya
Sungguh tidak mampu lagi aku bertahan

Hari ini dan esok
Adalah sama
Aku jua tidak lagi mengharap bahagia
Kerana dengannya aku lebih derita

Berat benar cubaanMu Tuhan
Serasa tiada lagi kudrat menyambut setitis darinya
Aku bersungguh untuk tabah
Agar kelak tiada keluhan
Keluhan ke neraka

Satu yang terakhir aku pinta dariMu Tuhan
Berilah secebis lapang buatku
Agar mampu aku merasa nikmat senyum
Jua lebih kenal makna bahagia

10.30 pm (16 Januari 2008)
King’s College London